Beberapa ilmuwan bahkan berpikir singularitas - titik di mana kecerdasan buatan bisa cocok, dan kemudian menyalip kecerdasan manusia - tidak mengada-ada. Tetapi, belakangan ilmuwan komputer masih memiliki perbedaan prediksi kapan dan bagaimana singularitas itu bakal terjadi.
Beberapa orang percaya masa depan yang utopis, di mana manusia dapat melampaui keterbatasan fisik mereka dengan bantuan mesin. Tetapi yang lain berpikir bahwa manusia pada akhirnya akan melepaskan sebagian besar kemampuan mereka dan secara bertahap diserap ke dalam kecerdasan buatan (artificial intelegence/AI) berbasis organisme, seperti energi membuat mesin dalam sel kita sendiri.
Dalam bukunya, The Singularity is Near: When Humans Transcend Biology (Viking, 2005), Ray Kurzweil meramalkan bahwa komputer akan sepandai manusia pada 2029 dan 2045.
"Komputer miliaran kali lebih kuat daripada kecerdasan manusia tanpa bantuan," tulis Kurzweil dalam sebuah surel kepada LiveScience.
Bill Hibbard, seorang ilmuwan komputer di University of Wisconsin-Madison, tidak cukup berani berprediksi. Tapi dia yakin kecerdasan buatan akan memiliki tingkat kecerdasan manusia di abad ke-21.
Namun para peneliti AI lainnya yang skeptis, seperti Ernest Davis, ilmuwan komputer di New York University. "Saya tidak melihat tanda-tanda bahwa kita dekat dengan singularitas," kata Ernest Davis.
Beberapa ilmuwan berpikir kita sudah di tengah-tengah singularitas. Hal itu bisa disebabkan karena manusia telah melepaskan banyak tugas yang cerdas, seperti kemampuan untuk menulis, navigasi, melakukan perhitungan.
Menurut Joan Slonczewski, seorang ahli mikrobiologi di perguruan tinggi Kenyon, sejak Johannes Gutenberg menemukan mesin cetak, manusia terus-menerus mendefinisikan ulang kecerdasannya untuk bertugas dengan mesin. Bahkan kini, tugas mesin sudah dipertimbangkan pada inti kemanusiaan, seperti merawat orang tua atau orang sakit.
"Pertanyaannya adalah, bisakah kita berevolusi diri dari eksistensi berangsur-angsur digantikan oleh mesin? Saya pikir itu merupakan pertanyaan terbuka," kata Slonczewski.
Menurutnya, masa depan kemanusiaan mungkin mirip dengan nasib mitokondria, pembangkit energi sel-sel. Mitokondria merupakan sebuah organisme independen, tetapi pada beberapa titik sel leluhur mereka ditelan bakteri primitif.
Sejarah evolusi menyebutkan mitokondria membiarkan sel-sel secara bertahap mengambil alih semua fungsi yang mereka digunakan untuk melakukan, sampai mereka hanya memproduksi energi.
"Kita seperti mitokondria. Kita menyediakan energi, kita menyalakan mesin. Tapi semakin lama, mereka (mesin) melakukan segala hal," kata Slonczewski.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar