Kementerian Komunikasi dan Informasi mencatat, pada periode 2011 2012 pertumbuhan pengguna layanan data sebesar 30% dan tahun ini diperkirakan mencapai 50%.
Trend tersebut barang tentu mebutuhkan penyikapan khusus guna mengoptimalkan pelayanan pelanggan. Cara yang bisa ditempuh adalah dengan berpindah dari teknologi 3G ke long term evolution (LTE) atau juga dikenal dengan 4G.
Terkait hal tersebut, Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos Kemenkominfo Muhamad Budi Setiawan mengungkapkan Indonesia siap menerapkan teknologi LTE TDD (long term evolution time-division duplex). Saat ini sudah tersedia sepktrum netral pada frekuensi 2,3 gigahertz.
"Kita tidak bisa menghindarkan LTE TDD. Nah, sekarang sudah ada di 2,3 gigahertz, itu netral teknologi yang bisa digunakan," tuturnya seusai gelaran Indonesia ICT Carnival di Jakarta, Senin (20/5).
Untuk pemanfaatan frekuensi tersebut, ia mengungkapkan tidak perlu lagi regulasi khusus. Operator cukup mengikuti prosedur yang berlaku seperti pengajuan izin, uji layak operasi, dan menyesuaikan dengan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) dari sisi hardware, software, dan sumber daya manusia (SDM).
Namun, apabila ada kesepakatan di antara operator untuk penggunaan di luar frekuensi tersebut akan dibuat regulasi baru. Untuk itu pihaknya masih perlu melakukan koordinasi dengan operator operator yang ada di Indonesia.
"Kita perlu sepakati dengan semua operator. Bisa tahun ini diterapkan," ujarnya.
Director Marketing Huwaei Tech Investment Indonesia Mark Donnelly mengungkapkan, Indonesia merupakan pangsa pasar yang besar. Mengacu data Kemenkominfo, pemilik telepon seluler di Indonesia mencapai 210 juta. Sedangkan penelitian yang dilakukan Huawei pada 2012, pelanggan data mencapai 41%.
Untuk mengoptimalkan layanan data pelanggan, ia mengungkapkan, teknologi LTE TDD sangat tepat karena memberikan dan menawarkan layanan-layanan yang lebih majemuk, peningkatan kecepatan yang lebih tinggi, percepatan konektifitas machine to machine (M2M), serta pelayanan berbagai aplikasi media sosial lainnya.
"Manfaat yang didapat dari teknologi ini berupa consumer experience misalnya dari segi kecepatan. Atau dari segi spketrum jaringan yang terbatas, ini bisa menjadi saluran yang efektif," katanya.
Adapun, Mark mengungkapkan, selama dua tahun terakhir teknologi LTE sudah digunakan di Eropa. Begitu juga dengan dua negara tetangga yakni Singapuran dan Malaysia. Dengan teknologi tersebut kecepatan maksimal di dua negara jiran bisa sampai 150 Mbps.
Bukan saja menguntungkan pengguna, General Manager Solution Marketing Huwaei Mohamad Rosidi mengungkapkan, teknologi LTE TDD juga juga bisa meningkatkan efisiensi biaya operator.
"Bisa efisiensi biaya sebab bisa sekaligus uplink dan downlink karena cuma satu slot. Ini juga bisa diterapkan dengan bandwith 5 megahertz," tuturnya.
Untuk menunjang kerja sama dengan operator, Huawei telah mengembangkan chip set dan hand set. Sedangkan ekosistem atau penerapan teknologi LTE TDD sudah memperoleh dukungan penuh dari penyedia perangkat dengan lebih dari 32 TDD chipset, 163 model perangkat termasuk 20 ponsel pintar. Terdapat pula 41 jaringan komersial lintas 6 benua yang sudah digunakan dan sekitar 200.000 blok frekuensi yang telah diterapkan.
"Kita melihat pengguna smartphone barapa banyak yang pakai di Indonesia yang bisa mengakses LTE," ucap Muhamad.
Public Relations Manager XL Axiata Henry Wijayanto mengatakan, dari segi teknologi pihaknya siap menerapkan teknologi LTE TDD. Hanya, menurutnya belum ada kejelasan regulasi mengani spketrum frekuensi yang akan dipakai. Namun, idealnya frekuensinya ada pada kisaran 700-850 megaherzt.
"Spketrum rendah lebih efisien," pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar